Persentase Keberhasilan Belajar Berdasarkan Cara Belajar - Keberhasilan belajar seseorang pada dasarnya ditentukan oleh bagaimana cara ia belajar atau cara yang ia lakukan agar mengetahui dan memahami apa yang ia pelajari. Misalkan saja seseorang yang ingin tahu mengerdarai sepeda motor, jika ia hanya bertanya-tanya atau mempelajari teori cara mengendarai sepeda motor saja tanpa praktek langsung, maka sampai kapanpun ia tidak akan dapat mengendarai sepeda motor. Agar dapat mengendarai sepeda motor, seseorang harus tau hal-hal yang berkaitan dengan cara mengendara dan melakukan praktek langsung mengendarai baik secara sendiri atau didampingi. Dengan praktek langsung tersebut seseorang akan memperoleh pengalaman (experience) tentang cara mengendarai sepeda motor sehingga akan lebih mudah mengerti cara mengendarainya.
Persentase keberhasilan
belajar berdasarkan cara belajar yang penulis sampaikan disini adalah
persentase keberhasilan belajar yang di ungkapkan oleh Willian Glasser. William
Glasser adalah seorang psikiater asal Amerika. Ia menuliskan persentase keberhasilan
belajar seperti pada catatannya yang tampak pada foto di atas. Menurut William,
jika kita hanya membaca saja maka keberhasilan belajarnya hanya 10%,
selanjutnya ia mengatakan bahwa kita belajar 20% dari apa yang kita dengarkan,
kita belajar 30% dari apa yang kita lihat, kita belajar 50% dari apa yang kita
lihat dan kita dengar, kita belajar 70% dari apa yang kita diskusikan/kita bicarakan,
kita belajar 80% dari pengalaman kita atau dari apa yang memberikan pengalaman
bagi kita, dan kita belajar 95% dari apa yang kita ajarkan kepada orang lain.
Dalam pembelajaran
matematika, persentase keberhasilan belajar yang diungkapkan oleh William
Glasser tersebut sangat cocok. Dalam hal ini penulis sering menyampaikan kepada
siswa bahwa belajar matematika tidak bisa tanpa latihan mengerjakan soal, tidak
bisa hanya dengan membaca kembali catatan-catatan yang diperoleh dari sekolah.
Hal ini tentunya sesuai dengan kecilnya persentase keberhasilan belajar jika
hanya dengan membaca saja, yakni hanya 10% seperti yang diungkapkan William.
Jika pola belajar siswa hanya mendengarkan saja pada saat gurunya menjelaskan
di depan kelas, maka tingkat keberhasilan belajarnya hanya 20%. Hal ini
disebabkan karena tidak mungkin semua yang dijelaskan atau disampaikan oleh
gurunya mampu direkam secara sempurna oleh siswa. Dapat dipastikan bahwa ada
saja penjelasan-penjelasan yang disampaikan itu yang terlupakan oleh siswa.
Sehingga jika hanya mengandalkan dari mendengarkan saja hasil belajar tidak
akan dapat maksimal.
Berdasarkan catatan
persentase keberhasilan belajar yang ditulis oleh William Glasser tersebut,
dapat diketahui bahwa belajar dengan berdiskusi dengan teman itu cukup
signifikan untuk memperoleh hasil belajar yang baik. Dalam pembelajaran
matematika hal ini memang sangat penting mengingat tidak semua siswa mempunyai
kemampuan daya serap yang tinggi dalam pelajaran matematika. Dengan berdiskusi,
siswa yang kurang mampu menyerap penjelasan guru di sekolah, akan menjadi mampu
menyerap jika ia berdiskusi dengan temannya yang memiliki daya serap baik dalam
pembelajaran matematika. Dengan demikian, dengan cara berdiskusi cukup baik
untuk memberikan hasil belajar yang baik dalam pembelajaran matematika.
Selanjutnya William mengatakan bahwa kita
belajar 80% dari pengalaman kita. Hal ini bermakna bahwa dengan adanya
pengalaman yang kita peroleh dalam belajar, itu sangat baik untuk memberikan
hasil yang maksimal dari apa yang kita pelajari. Dalam pembelajaran matematika,
pengalaman belajar yang dimaksud adalah pengalaman menyelesaikan soal-soal dari
latihan soal yang kita lakukan. Tanpa latihan mengerjakan soal, tidak akan ada
pengalaman belajar yang kita peroleh dalam belajar matematika. Rumus-rumus
ataupun persamaan-persamaan dalam matematika sebenarnya tidaklah perlu
dihafalkan seperti kita menghafal nama-nama ilmiah dalam pelajaran IPA.
Rumus-rumus atau persamaan-persamaan itu akan dapat dengan mudah kita ingat
dengan sering menggunakan rumus atau persamaan tersebut dalam latihan soal.
Dengan demikian, belajar matematika dengan cara memperbanyak latihan soal akan
memberikan pengalaman bagi kita dalam menyelesaikan berbagai model soal
matematika sehingga tingkat keberhasilan belajar dengan cara yang demikian akan
memberikan hasil yang baik sekali.
Terakhir yang diungkapkan oleh William Glasser
adalah kita belajar 95% dari apa yang kita ajarkan kepada orang lain. Hal ini
tidak berarti kita harus menjadi seorang guru, karena yang mengajarkan itu
tidaklah harus hanya dilakukan oleh seorang guru. Siapa saja dapat mengajarkan
sesuatu pengetahuan kepada orang lain dengan catatan bahwa ia memang menguasai
tentang apa yang diajarkannya. Dalam pembelajaran matematika, pembelajaran
dengan tutor sebaya sangat cocok dengan apa yang diungkapkan oleh Willian
tersebut. Hal yang serupa juga sering penulis sampaikan kepada peserta didik
bahwa dengan kalian mengajari teman-teman kalian itu akan membuat kalian
menjadi lebih memahami dengan apa yang kalian ajarkan kepada teman-teman
kalian. Hal ini sudah terbukti dengan salah seorang peserta didik saya yang sering
saya minta mengajari temannya, ia menjadi bertambah pandai dalam matematika
meskipun pada awalnya ia tidak begitu menyukai pelajaran matematika pada saat
penulis mulai mengajar di sekolah tempat ia bersekolah. Hal ini membuktikan
bahwa dengan mengajarkan apa yang kita bisa kepada orang lain akan sangat
berarti bagi kita sendiri karena dengan demikian kita akan menjadi lebih
memahami apa yang kita ajarkan kepada orang lain. Dengan demikian cara belajar
yang seperti ini akan sangat baik untuk
memberikan hasil yang maksimal dalam pembelajaran matematika.
Demikianlah artikel tentang “Persentase
Keberhasilan Belajar Berdasarkan Cara Belajar” ini. Semoga
bermanfaat bagi pembaca.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar